SATU penyakit yang cukup populer
melanda remaja saat ini adalah penyakit yang merupakan manifestasi dari
stres, macam depresi, kecemasan, pola makan tidak teratur,
penyalahgunaan obat sampai penyakit yang berhubungan dengan fisik
seperti pusing serta ngilu pada sendi.
Sama halnya pada orang dewasa, stres bisa
berefek negatif pada tubuh remaja. Hanya saja perbedaannya ada pada
sumbernya dan bagaimana mereka merespon penyakit tersebut. Reaksi mereka
tersebut ditentukan oleh suasana dan kondisi kehidupan yang tengah
mereka alami.
Menurut Psikolog Amelia Tristiana, stres
pada anak remaja umumnya dipicu dari beberapa kejadian. Misalnya
kehilangan orang atau sesuatu yang disayangi, konflik keluarga seperti
perceraian atau pertengkaran orang tua, kegagalan, dan penyebab lainnya.
Depresi sendiri berbeda dengan rasa
sedih, kecewa atau berkabung. Tiga reaksi terakhir adalah sesuatu yang
wajar umum terjadi apabila seseorang mengalami kekecawaan atau
kehilangan sesuatu yang berharga, termasuk mengalami peristiwa yang
sangat traumatik.
“Biasanya reaksi seperti itu akan
berakhir dengan sendirinya seiring dengan waktu dan berkat dorongan dari
orang-orang terdekat. Seseorang yang dalam waktu tempo normal tidak
bisa bangkit dari perasaan-perasaan tersebut maka kemungkinan besar
orang tersebut mengalami depresi,” kata Amelia.
Sayangnya,
lanjut Amelia lagi, banyak orang yang masih salah dalam mengenali gejala
awal dari depresi ini, yang memang mirip dengan gejala flu, gangguan
tidur atau makan. Satu hal yang penting dicermati adalah remaja punya
kecenderungan untuk merespon stres berdasarkan situasi dan kondisi
mereka pada saat itu juga.
“Karena mereka masih minim pengalaman
dalam meletakkan segala sesuatu secara perspektif maka mereka pun jadi
cenderung untuk melihat ke hal-hal yang lebih sepele sifatnya. Solusinya
adalah dengan membiasakan anak-anak remaja kita untuk bereaksi secara
sehat, yang tentunya harus dicontohkan pula oleh lingkungannya,”
jelasnya.
Cara yang lain, lanjutnya, bereaksi
secara sehat. Misalnya dengan mengekpresikan segala sesuatu dengan wajar
(tidak menangis atau berteriak), melatih tehnik relaksasi dengan musik,
meditasi dan olah raga, serta membiasakan untuk berpikir secara
seimbang sehingga mereka tidak membesar-besarkan suatu masalah.
Penyebab
STRES pada anak remaja umumnya dipicu
dari beberapa kejadian. Misalnya kehilangan orang atau sesuatu yang
disayangi, konflik keluarga seperti perceraian atau pertengkaran orang
tua, kegagalan, suasana baru karena pindah rumah atau sekolah.
Selain itu, stres remaja kadang pula
disebabkan oleh penyakit yang menimpa anggota keluarga, seperti depresi
atau ketergantungan obat, pengaruh teman gang, kegagalan, tuntutan
kesempurnaan dari lingkungan atau diri sendiri, dorongan rasa marah atau
melawan.
Perubahan mood atau suasana hati tidak
stabil juga menjadi penyebab stres pada remaja selain pencarian jati
diri, atau keinginan untuk hidup berpisah dari orang tua dan menjadi
seseorang yang mereka inginkan.
Gejala
BEBERAPA gejala-gejala stres atau depresi yang biasanya berlangsung terus menerus dan lebih dari dua minggu antara lain:
* Hilang minat terhadap kegiatan yang disenangi.
* Hilang selera makan, yang berujung pada penurunan berat badan.
* Terlihat lelah, atau kekurangan energi. Memiliki perasaan tidak berharga dan tidak memiliki harapan.
* Rasa bersalah yang tidak pada tempatnya.
* Tidak mampu berkonsentrasi dan berpikir jernih.
* Melankolik (rasa sedih berlebihan) yang biasanya disertai bangun pagi terlambat dua jam dari biasanya, rasa tidak berdaya di pagi hari dan bergerak lebih lamban.
* Pusing atau sakit perut.
* Mempunyai keinginan atau harapan untuk mati, bahkan bunuh diri.
* Hilang selera makan, yang berujung pada penurunan berat badan.
* Terlihat lelah, atau kekurangan energi. Memiliki perasaan tidak berharga dan tidak memiliki harapan.
* Rasa bersalah yang tidak pada tempatnya.
* Tidak mampu berkonsentrasi dan berpikir jernih.
* Melankolik (rasa sedih berlebihan) yang biasanya disertai bangun pagi terlambat dua jam dari biasanya, rasa tidak berdaya di pagi hari dan bergerak lebih lamban.
* Pusing atau sakit perut.
* Mempunyai keinginan atau harapan untuk mati, bahkan bunuh diri.
Apa Itu Stres?
STRES adalah suatu perasaan yang sangat
mendalam yang menekan seseorang ketika ia memiliki sesuatu yang belum
tercapai, tapi ada hambatannya. Karena tekanan ini, bisa jadi aktivitas
orang yang bersangkutan jadi terganggu.
Stres tak selalu berdampak negatif.
Sebab, ada juga stres yang justru bisa meningkatkan motivasi kerja
seseorang. Biasanya yang seperti ini stres-nya masih dalam taraf normal.
Tapi ketika stresnya sangat tinggi, akan membuat orang tidak berdaya,
atau malah membuat orang bertingkah laku di luar kebiasaan.
Menurut Amelia, dalam dunia remaja
penyebab stres biasanya terkait dengan hal-hal yang mereka harapkan.
Misalnya, orang tua berharap anaknya berprestasi bagus di sekolah, tapi
ternyata si anak tidak mampu memenuhi harapan itu. Anak pun jadi stres.
“Remaja sangat aware dengan kata orang
lain padanya. Apalagi, jika orang lain mengomentari penampilannya.
Mereka menjadi sangat kritis. Untuk remaja putri, jerawat tumbuh satu
saja, mereka sudah pusing. Mereka umumnya heboh dengan segala sesuatu
yang kasat mata,” katanya.
Biasanya, lanjutnya, remaja bergaul
karena ada kepentingan-kepentingan tertentu, misalnya saja karena hobi.
Ada yang main musik, berorganisasi, atau olah raga. Tapi orang tua
kadang tidak melihat bahwa hobi anaknya itu positif.
Metabolisme Tubuh
STRES atau kondisi apa pun yang membebani
pikiran dapat menganggu keseimbangan metabolisme tubuh. Contoh yang
paling sering adalah gangguan pada koordinasi saraf pada saluran
pencernaan.
Pada orang stres, gejalanya adalah diare.
Ini terjadi karena gerakan usus yang diatur oleh saraf menjadi lebih
cepat daripada biasanya. Akibatnya, timbul gejala seperti nyeri perut
atau diare.
Faktor lainnya yang juga berperan banyak
adalah lingkungan tempat tinggal dan bekerja. Pencemaran, kebisingan,
kemacetan, lingkungan yang kumuh dan sampah di jalanan dapat menciptakan
frustasi pada masyarakat yang tinggal.
Stres yang disebabkan oleh lingkungan
macam ini dapat membangkitkan rasa marah dan agresi.Sedangkan orang
dewasa sering mengalami stres karena masalah hidup di kota, pekerjaan
yang bersaing dan menuntut serta hubungan dalam keluarga.
Solusi
JALAN keluar yang sebaiknya dilakukan
untuk menghindari stres dengan cara yang benar, yakni berpikir positif.
Misalnya jika mau ujian, pusatkan konsentrasi pada materi pelajaran
saja. Jangan berpikir soal hasil dulu.
“Kadang yang membuat kita kalah sebelum
bertanding adalah rasa takut yang ada di benak kita, sehingga kita jadi
tidak bisa benar. Kalaupun hasilnya belum maksimal jangan langsung drop
atau kecewa. Lebih baik kita cari di mana kesalahannya daripada
menyesali nasib,” kata Amelia
Solusi kedua, jelasnya, hadapi stres
dengan baik dan benar. Caranya adalah dengan merenung sebentar sebelum
tidur. Pikirkan masalah yang terjadi, lakukan evaluasi, kemudian coba
cari solusinya.
Jangan pula lupa akan satu hal, jaga
kondisi tubuh dengan optimal dengan olahraga secara teratur, serta makan
makanan bergizi dan istirahat yang cukup.
Terakhir, banyaklah berdoa karena pada akhirnya yang menentukan suatu hasil adalah Tuhan.
Anak Juga Rentan
SETIAP orang, termasuk anak-anak yang
hidup di dunia yang bergerak cepat, bersaing ketat, dan berubah-ubah ini
pasti akan mengalami berbagai tekanan batin.
Mungkin, kehidupan anak nampaknya tidak
mempunyai beban apa-apa dibandingkan kehidupan seorang pemimpin
perusahaan. Namun anak-anak pun menderita karena tekanan-tekanan batin
sebagaimana yang dialami oleh orang-orang dewasa. Hanya saja
gejala-gejalanya yang berbeda.Jika para eksekutif menderita penyakit
lambung, maka bagi seorang anak penyakit yang diderita akibat stres
dapat muncul dalam berbagai bentuk, dari sering pilek sampai sulit
membaca.
“Gejala-gejala yang nampak dalam
kelakuannya biasanya termasuk tidak mau bergaul dan suka menyendiri,
makin tidak mau berbicara, atau berlaku luar biasa agresif.
Reaksi-reaksi fisik dapat berupa sering diare, gatal-gatal, gangguan
pada kulit, perubahan kebiasaan makan, atau mimpi-mimpi buruk,” kata
Amelia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar