Persahabatan
yang terbawa dari masa kecil, meskipun banyak suka dan duka yang dijalanin,
tapi ketika kepercayaan itu tetap menjadi nomer satu, segala rintanganpun bisa
terhalaui. Sendal atau sepatu walaupun mereka berbeda tapi mereka sepakat .
misal kaki kiri yang menggunakan sendal kiri yang didepan. Pastinya kaki kanan
dan sendal kanan berada di belakang. Mereka sepakat bukan ? tidak mungkin
mereka saling bersebelahan ketika anda berjalan. Coba saja ketika anda berjalan kaki kiri dan
kanan bersebelahan . Pasti tidak akan pernah bisa. Anda hanya bisa melompat
lompat tanpa pernah menuju ke arah depan. Begitupula dengan perhasahabtan, ada
saatnya kita mengelah dan ada saatnya kita menang.
Suatu
pagi, cuaca cerah menyambutku untuk bergegeas berangkat sekolah. Kubuang rasa
kantukku, ku buang rasa letihku. Hari ini adalah hari Selasa di bulan Januari
di semester dua di tahun 2007. Ku sambut
hari ku dengan penuh canda tawa bersama teman temanku dan dengan teman baruku
yang baru bersama bulan lalu pindah sekolahku. Sekolahku adalah SD Pius Bakti
Utama, Gombong. Temanku yang ini bernama Felensia yang biasa dipanggil Elen. Ya
mungkin hanya aku yang boleh memanggil dia dengan nama “Elen”, karena tanpa
alasan yang jelas dulu saat berkenalan hanya akulah yang diberi tahu nama
panggilanya. Teman – temanku yang lain memanggilnya dengan sebutan “Falen”. Aku
adalah siswi kelas 4 SD, penampilanku biasa, tak ada yang istimewa. Tampilanku
selayaknya anak anak yang lainya.
Bel
pun berbunyi, ini tandanya aku harus masuk kelas untuk memulai pelajaran.
Suasana begitu tenang ketika guruku memasuki kelas membawa seorang murid
perempuan. Wajahnya seperti pemalu, dia hanya bisa melihat seisi kelas ruang
dengan penuh tanya.
“ Anak – anak perkenalkan ini murid baru,
teman baru buat kalian. Silahkan nak, perkenalkan dirimu” kata Pak Bambang.
“ eemm... nama saya Eqlisia Permata Sandi,
saya pindahan dari Batam, salam kenal” katanya gugup.
Anak
anak sekelaspun penuh tanya melihat kearahnya. Akupun tersenyum manis
kearahnya. Diapun tersenyum manis kearahku.
“ kamu boleh duduk di kursi kosong itu” , kata Pak Bambang.
Ia
hanya mengangguk. Aku pun menunjukannya kursi kosong yang berada dibelakangku.
Ia akhirnya duduk dibelakangku Entah kenapa hari ini aku merasakan hal yang
begitu menyenangkan, walau kita belum berkenalan. Pelajaranpun berlangsung.
Saat
bel berbuyi, pertanda istirahat untuk kelas tiga sampai kelas enam. Aku tinggal
di depan kelas dan melihat Elsa sendirian. Lalu aku hampiri saja dia.
“
hai.. namaku Audy Elvira Setyanti”
kataku sambil menjabat tangannya
“
hai juga” katanya singkat.
“
kamu gak jajan?” kataku basa-basi
“
enggak” katanya singkat lagi
“oh..pindahan dari Batam kesini capek?
“Tanyaku
“lumayan” katanya sambil melihat
anak-anak yang sedang bermain
“em..rumahnya sekarang dimana?” Kataku
mulai mencoba akrab
“
di Gang Sindoro II.” Katanya seperti
bingung
“
kapan-kapan boleh main kerumahmu?”tanyaku
“boleh” katanya tersenyum padaku.
Setalah
itu kami pun menjadi akrab. Walau terlalu sering aku yang membuka omongan
terlebih dahulu. Sekarang ku ajak dia untuk bergabung di teman-temanku. Kami
sering pulang bersama, aku, Elsa, Dila, Elen, Yusticia. Persahabatan kami pun
berlangsung hingga sekarang tanpa kita sadari kini kita sudah hampir lulus SD.
Sebelum semester dua yang dipenuhi dengan try
out. Untuk menghilangkan penat yang ada kami pun membuat kue bolu dan
coklat cair. Ya, satu-satunya yang pandai mencari resep hanya Elen dan Dila.
Sedangkan Aku, Elsa , dan Yusticia hanya bisa menganggu Dila dan Elen saat
mereka sedang mencari resep atau mengukur takaran yang tepung dan bahan-bahan
lainnya.
Saat
membuat kue itu Elsa pun bertanya padaku.
“ Dykamu biasa ke Gereja mana?” kata Elsa
Aku
pun terkejut “ aku di GBI Bethel Area”
Elsa
pun menjawab “ sama .. tapi kok gak
pernah ketemu ya?”
Mama
pun yang saat itu berada di dapur langsung menjawab
“ loh.. iya Sa? Kok kayaknya gak pernah
lihat?” kata mamaku.
Setelah
kami tahu bahawa Elsa adalah anggota baru di Gerejaku, Kami sering ke Gereja
bareng. Sepulang Gereja kadang aku kerumah Elsa. Sampai kedua orangtuanya sudah
menganggapku sebagai anaknya, begitu juga dengan Elsa, ia juga sudah di anggap
sebagai anak di keluargaku.
Sekarang
Aku, Elsa, Dila, Elen dan Yusticia beserta teman-teman yang lain berjuang untuk
mendapatkan nilai yang terbaik ketika ujian kelulusan. Lucunya, sebelum ujian
kita selalu belajar bersama di depan ruangan ujian. Kita janjian datang pukul
06:00 WIB, karena 06:30 kita berdoa bersama. Rutinitas kita yaitu membahas soal
Ujian berama-sama.b Sungguh bahagianya.
Siang
ini adalah penguman ujian nasional. Ternyata kami lulus 100%. Sungguh
bahagiannya aku. Elsa langsung memelukku, diikuti oleh Dila, Elen dan Yusticia.
Kami pun menangis bahagia. Aku pun memberi tahu kedua orangtuaku dan tentunya
kedua orangtua Elsa juga. Mereka turut bahagia akan hal ini.
Namun,
kabahagiaan itu langsung sirna, ketika Elsa dan teman-temanku berbeda sekolah
denganku kecuali Elen. Aku bak kesambar petir disiang bolong. Ketika Dila
melanjutkan sekolah di SMPN 1 Gombong, sedangkan Elsa dan Yusticia melanjutkan
sekolah di SMPN 2 Gombong, aku dan Elen
melanjutkan di SMP PIUS Bakti Utama Gombong. Meskiupun begitu, jalinan
hubunganku dengan mereka cukup baik. Tetap sih yang paling akrab hanya aku dan
Elsa saja. Meski berbeda sekolah Elsa sering sekali bermain kerumahku. Aku pun
sama sering bermain kerumahnya.
Suatu
hari, aku berdiam di teras depan rumah menatap bintang di langit. Udara pun
menusuk tulang. Malam begini, udah SMP masa yang paling menyenangkan aku sudah
SMP sekarang, bukan anak SD lagi, dan yang semakin membuatku bahagia adalah
Sahabatku Elsa yang selalu menemaniku. Tiba-tiba suara motorpun mengacaukan
lamunanku. Ternyata Elsa dengan Bapaknya. Mereka terseyum kearahku. Aku pun
membukaan pintu gerbang rumahku.
“
Audy sibuk?” tanya Pak Parno, sang
ayahanda dari Elsa
“emmm...enggak pak” jawabku, aku sudah
terbiasa memanggil kedua orangtua Elsa dengan sebutan Ayah dan Ibu
“
ayo ke Gereja” kata Elsa
“aku? Ada acara apa?” tanyaku bingung
“gini Audy, di Gereja kita latihan singers,
buat besok Minggu” kata Pak Parno
“
saya Pak? Saya minggu tugas emm” kataku
bingung
“
Iya dy, gantiin Mamaku” kata Elsa
“
oke aku siap-siap, nanti ku susul”
kataku meyakinkan.
Setibanya
aku di Gereja. Kami latihan untuk Ibadah Hari Minggu. Memang sudah menjadi
tugas Pelayan Tuhan harus siap dalam keadaan apapun untuk melayani Tuhan.
“
Dy, boleh aku nginep dirumahmu?” kata
Elsa
“
boleh dong, kaya biasanya kan emang kamu
udah sering menginap dirumahku.” Kataku
“hehe .. siapa tahu gak boleh”. Kata Elsa
Tak
terasa kini hari berganti hari. Tahun berganti tahun. Tak terasa kini ujian
kelulusan pun akan diadakan lagi.
“
Sa, gak kerasa ya mau SMA” kataku sambil memeluk bantal di kamar Elsa.
“
Iya dy.. deg-deg banget ya?” katanya dengan nada aneh.
“
alay lu ndut” kataku.
“
hehe.. maaf dy, kamu mau melanjutkan sekolah dimana? Tanyanya.
“
gak tau sa, pengen cari suasa baru” kataku
“
sama Dy, aku pengen sekolah di Magelang, jurusan Analisis Kesehatan Tentara”
katanya tersenyum padaku.
Aku
tak bisa membayangkan, Aku tak bisa berkata apa-apa semenjak Elsa mengucapkan
kata-kata itu. Sahabatku mau pergi? Oh Tuhan.. Aku harus bagaimana?
Ujian
di SMP aku pun belajar semampu, sekuatku supaya aku juga bisa masuk sekolah
favorit yang aku idamkan. Ujian pun sudah selesai. Aku sempatkan waktu untuk
kerumah Elsa, meskipun jaraknya jauh, tetap Ku tempuh, sudah beberapa hari ini
kita tidak berkomunikasi.
“
Elsa..Elsa..” kataku diluar pagar rumahnya.
“
owalah Audy, masuk sini” kata Mamanya Elsa
“
Iya Bu, makasih” kataku sambil masuk rumah Elsa
“
cari Elsa ya? Panggil Ica aja, kamu kan udah lama sama Elsa, Elsa itu kalau
dirumah biasa dipanggil Ica. Ica lagi beli tepung di warung ujung. Nanti mau
buat kue soalnya” kata Mamanya.
“
Wah Bu, enak ya buat kue, Audy boleh ikut bantuin ? “ kataku menawarkan diri.
“
Iya Audy, boleh kok” kata Mama Elsa
Selang
beberapa lama.
“
Nah itu Ica datang” kata Mama Elsa
“
hy Sa” sapaku.
“
ngapain kamu ke sini?” tanyanya judes.
“
Elsa gak boleh jahat gitu ke Audy, dia hanya ingin bertemu kamu” kata Mama
Elsa.
Elsa
tak menghiraukan omongan Mamanya. Ia berlari ke kamar. Tanpa pikir panjang Aku
memegang tangannya dan bertanya dengan mata berbinar-binar.
“
kamu kenapa sa?” bibirku bergetar
Dia
melepaskan tangannya dari tanganku. Mamanya Elsa hanya bisa meminta maaf akan
tindakan anaknya. Aku pun pamit pulang.
Setelah
penguman ujian, malam harinya Aku mendapat undangan untuk mengikuti acara
syukuran di rumah elsa. Entah perasaanku harus senang karena aku sudah lulus
dan sekarang aku juga mendapatkan undangan syukuran kelulusan. Tapi dilain sisi
Aku masih sakit hati dengan sikapnya padaku. Akantetapi kata Mama dan Papaku,
aku harus tetap hadir, karena dua hari lagi aku harus mendaftar sekolah di
Malang. Ini adalah kesempatan terakhirku untuk melihatnya.
Dan
acara syukuran itu pun berlangsung. Semua anggota jemaat datang dan kita Kebantian
terlebih dahulu. Semenjak kejadian itu, Aku dan Elsa tidak pernah duduk bersama
lagi. Ketika Pak Pendeta berkata siapa yang ingin menyampaikan sepatah-duapatah
untuk Elsa, aku memberanikan diri untuk berdiri dan menyampaikan suatu hal yang
mengejutkan semuanya.
“
Terimakasih atas kesempatan yang Tuhan berikan, hingga pada acara ini, saya
bisa berdiri ditempat ini. Puji Syukur karena Tuhan memberikan nilai yang baik
untukku dan Elsa. Sehingga kita bisa lulus dengan nilai yang terbaik” kataku
sambil melihat Elsa. Kami pun saling pandang. “ Persahabatan adalah sebuah
ikatan yang seperti halnya Tuhan mempunyai ikatan dengan kita umatNya. Canda,
tawa, senang, sedih, suka dan duka telah kita lalui. Dari kelas empat SD, yang
awalnya kita cukup bahagia bisa punya teman baru lagi. Melewati hari bersama,
membuat kue, berenag, ke pantai, ke air terju, tidur di tenda dan segalanya. Ku
lalui bersama denganmu Sa. Hari-hari yang indah dalam hidupku. Tapi.. setelah
ku tahu bahwa kamu akan sekolah di luar kota dan aku tak sanggup mendengarnya.
Seakan hal yang indah telah pergi. Aku sebenernya juga ingin bilang bahwa aku
sendiri akan melanjutkan sekolah di Malang. Aku gak mau menyakiti perasaanmu.
Tapi aku salah, cepat atau lambat, kamu juga akan tahu. Iya benar, kamu tahu
dari orang-orang lain. Sehingga membuatmu marah padaku. Aku minta maaf Sa. Aku
belum sempat berkata ini padamu. Aku menyangimu sahabatku.” Kataku sambil
mengusapkan air mata. Aku pun pergi.
Hari
ini adalah keberangkatanku ke Malang. Nanti pukul tiga sore aku akan berangkat
naik travel sendirian ke Temanggung, desa Pringsurat. Aku berhenti dirumah
saudaraku terlebih dahulu, baru malam harinya berangkat ke Malang. Akupun
menjalani hari ini dengan berat karena aku kan meninggalkan kota ini. Kota yang
penuh kenangan.
Tiba-tiba
pukul 13.30 WIB Elsa kerumah dan berkata.
“
Audy.. maafkan aku.. Aku gak ada maksut buat begitu ke kamu. Maaf kalau aku
egois mementingkan perasaanku sendiri. Aku harap persahabatan kita tak sampai
disini tapi terus sampai selama-lamanya” katanya sambil memelukku. Dan aku bisa
merasakan kebahagiaanku kembali utuh
lagi. Sampai sekarang aku masih sering telefon atau SMS Elsa. Walau hanta waktu
malem minggu. Karena Dia bersekolah di Asrama tentara. Aku harap persahabatan
kita kekal sampai selama-lamanya.
by : Audy Elvira Setyanti
by : Audy Elvira Setyanti